Monday, February 6, 2023

Panik Mode On


Setelah beberapa bulan berjuang mencari pekerjaan, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di Jakarta. Kali ini aku juga berharap untuk segera bertemu dengan pria yang lebih baik. Aku sudah move on dari pria cinta pertama dan siap membuka lembaran baru hidupku.

Namun waktu terus berjalan, usia terus bertambah, 27, 28, 29, 30 tahun...aku tak kunjung bertemu dengan pria yang bisa disebut lebih baik itu. 

Aku mulai panik.

Apa yang harus kulakukan?

Undangan pernikahan dari satu teman ke teman yang lain mulai berdatangan. Menghadiri pesta pernikahan demi pesta pernikahan membuatku makin galau. 

Para pengantin itu tampak begitu bahagia di pelaminan. Binar-binar cinta di mata mempelai pria saat melihat mempelai wanitanya. Sangat membuatku iri. Kapan aku akan bahagia seperti mereka? 

Pertanyaan “kapan nikah” makin hari makin gencar aku dapatkan dari berbagai pihak. Mulai dari keluarga besar, tetangga, teman lama, teman baru, bahkan orang yang baru kenal pun bisa tiba-tiba melayangkan pertanyaan horor itu. 

Yah, entah bagaimana pertanyaan itu makin hari terdengar makin menakutkan bagiku. Saat usiaku 20 an, ditanya kapan nikah rasanya ringan saja menjawabnya. 

Namun saat usia 30 an, pertanyaan yang sama mampu membuatku frustasi. Pertanyaan itu terdengar begitu kejam dan tak berprikemanusiaan. Bagiku, orang yang tega bertanya seperti itu kepada seorang jomblo berusia 30 an adalah orang-orang yang tak punya perasaan! 

Aku sangat terganggu dengan pertanyaan itu. Semakin frustasi bila pertanyaan itu dilanjutkan dengan berbagai nasehat untuk jangan terlalu pilih-pilih, jangan terlalu mengejar karir, ingat umur blablabla. Sungguh keterlaluan.

Desakan dari keluarga besar pun semakin gencar menyuruhku untuk segera menikah.  Tampaknya hal ini lebih karena tekanan sosial.  Belum menikah di usia 30 an bagi seorang wanita menjadi keprihatinan besar orang tuaku. Mereka juga tak kuat menanggung pertanyaan orang lain tentang kapan anaknya akan nikah.

Sebenarnya tanpa orang lain mendesak dan mengingatkanku pun, aku ingat bahwa aku sudah berumur sekian tahun. Aku juga ingin segera menikah dan hidup bahagia. Aku dihantui berbagai ketakutan karena tak kunjung dapat jodoh.

Salah satu hal yang membuatku kuatir di masa single itu adalah kenyataan bahwa seorang wanita punya masa usia produktif untuk bisa hamil dan melahirkan anak. Bila aku tak segera menikah, bisa-bisa aku keburu tua dan sudah tak mungkin bila punya anak.

Didesak oleh berbagai kekuatiran itu, aku pun makin gencar melakukan usaha untuk bisa dapat jodoh. Selain sering minta dikenalin teman dan saudara, aku juga daftar di salah satu situs online dating. 

Aku kenalan dan melakukan penjajakan dengan beberapa pria, tapi tak menemukan adanya kecocokan. Ada yang menyukaiku tapi aku tak suka. Lebih sering terjadi aku  naksir tapi pria itu tak tertarik padaku. Aku  mengalami beberapa penolakan yang cukup mematahkan hati.  

Suatu proses panjang pencarian jodoh yang memberikanku banyak pelajaran berharga.

1 comment:

Istri yang Suka Mengeluh dan Menjelek-jelekkan Suaminya

Suatu konflik dalam rumah tangga bisa berlangsung sementara atau mengakibatkan kerusakan permanen bila disikapi dengan cara yang salah. ...