Saturday, September 23, 2023

10 Hal yang Perlu Dipersiapkan Wanita Sebelum Menikah untuk Menjadi Istri dan Ibu yang Baik


Setelah penantian yang cukup panjang, akhirnya Tuhan mempertemukanku dengan pria idaman yang aku cintai dan kami segera mempersiapkan pernikahan.

Sebagaimana aku bahagia dan bersyukur untuk kehadiran pasanganku dalam hidupku, aku juga ingin pria itu bahagia telah hidup bersamaku. 

Jadi dengan serius aku mempersiapkan diri menjadi istri yang baik dan ibu yang baik bagi anak kami nantinya. 

Tadinya aku berpikir persiapan pernikahan terpenting bagi wanita adalah bisa masak dan mengurus rumah. Ternyata tidak sesederhana itu.

Pernikahan adalah suatu langkah besar yang membawaku pada dua peran baru. Menjadi istri dan ibu. Hidupku bukan lagi hanya tentang aku, tapi juga tentang suami dan anakku. 

Dari berbagai sumber aku belajar hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk menjadi istri dan ibu yang baik. Beberapa hal ini adalah yang menurutku sangat bermanfaat setelah aku menikah. 

Bagi kamu para wanita single yang sedang mempersiapkan pernikahan, yuk cekidot! 

1. Memiliki Identitas yang Benar 

Kamu adalah manusia istimewa yang diciptakan Tuhan ke muka bumi ini untuk suatu tujuan yang mulia. Kehidupan di dunia ini hanya penugasan sementara dan nantinya kita akan kembali ke rumah kita di sorga. Kita ini adalah warga kerajaan surga yang sedang ditugaskan di bumi. 

Selama hidup di dunia kamu harus berusaha menemukan dan melakukan tugasmu dengan sebaik-baiknya karena nanti di kekekalan setiap orang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Tuhan.

Pernikahan adalah salah satu sarana untuk kamu melakukan tujuan itu. Jadi pastikan kamu menikah dengan pria yang tepat dan punya values yang sama sehingga kalian bisa saling mendukung, saling menolong, saling melengkapi, bertumbuh dan bergerak maju bersama mencapai tujuan.

Jadi sebelum menikah, pahami dulu apa yang ingin kamu tuju atau capai dalam hidupmu dan apakah pasanganmu adalah pria yang tepat untuk mencapai tujuan itu? 

Sebagai contoh, kalau kamu punya kerinduan untuk melayani Tuhan dan menolong orang-orang miskin, maka kamu perlu mempunyai pasangan yang juga seiman dan murah hati. 

Kalau dia tidak seiman, maksudmu untuk melayani Tuhan akan dianggap nggak penting. Kalau dia pelit, keinginamu untuk membantu orang miskin akan dia anggap pemborosan.

2. Mencintai Diri Sendiri Terlebih Dahulu

You can’t pour from an empty cup. Bagaimana kamu bisa mengasihi orang lain bila kamu belum bisa mengasihi diri sendiri? Sebelum cintamu merambah ke suami dan anak-anak, kamu harus mencintai dirimu sendiri terlebih dahulu.

Bagaimana sih cara mencintai diri sendiri? Pertama miliki mindset atau gambar diri yang benar tentang siapa dirimu. Bahwa kamu adalah seorang wanita berharga yang diciptakan untuk suatu tujuan mulia. 

Lalu kesadaran bahwa kamu berharga ini harus diikuti dengan tindakan yang sesuai dengan itu. 

Perlakukan dirimu dengan baik. Berkatalah kepada dirimu dengan kata-kata yang positif dan membangun, menjaga integritas, mengelilingi dirimu dengan lingkungan yang positif, memilah-milah kegiatan yang perlu atau tidak perlu dilakukan.

Pertimbangkan tindakan dan pilihan-pilihanmu apakah pantas atau tidak dengan mengacu pada identitasmu sebagai wanita berharga yang bermartabat kerajaan surga.

Termasuk juga dalam hal menjaga kekudusan dalam masa pacaran. 

3. Belajar Mengelola Keuangan

Beberapa waktu belakangan ini, sedang ada trend dimana wanita yang masih single mengatakan jumlah minimal penghasilan dari calon suaminya sebagai salah satu kriteria supaya mau menikah dengan pria itu. 

Sebenarnya, berapa pun penghasilan yang dimiliki seseorang, kalau dia tidak bisa mengelola dengan baik, akan terasa kurang-kurang juga. 

Apalagi bila orang tersebut belum punya gambar diri yang benar, akan kerap mempunyai prioritas yang salah dalam membelanjakan uang. Seperti ungkapan yang mengatakan bahwa yang mahal itu bukan biaya hidup, tapi gaya hidup. 

Jadi seorang wanita perlu belajar mengelola keuangan. Baik dia akan menikah dengan pria berpenghasilan biasa atau pria tajir melintir. 

Mulailah belajar mengelola keuangan dengan baik, membuat budget bulanan, menyiapkan dana darurat, menabung, investasi dan lain-lain. Untuk lebih paham kamu bisa baca di berbagai sumber tentang cara mengelola keuangan. 

4. Bisa Bekerja/Menghasilkan Uang

Seperti poin sebelumnya, seberapa banyak pun nafkah yang diberikan oleh suamimu nantinya, kamu tetap perlu bisa bekerja untuk menghasilkan uang. Karena setelah menikah, hal-hal bisa berubah tiba-tiba. 

Misalnya bisnis suami yang tadinya makmur jadi bangkrut. Suami yang tadinya setia, lari ke pelukan wanita lain. Suami yang tadinya sehat, mendadak sakit dan tak bisa bekerja. Suami yang tadinya suka ngasih duit banyak, tiba-tiba jadi pelit banget. Kebutuhan hidup yang meningkat setelah punya anak. Masih banyak contoh lain yang membuat wanita memang perlu punya skill untuk bekerja menghasilkan uang.

Mandiri secara finansial juga baik untuk wanita agar lebih berani mengambil keputusan dan punya lebih banyak pilihan.

Aku sering mendengar beberapa wanita yang menderita karena suami KDRT, terpaksa bertahan dalam hubungan yang toxic itu hanya karena dia takut tak bisa menafkahi dirinya dan anaknya.

Bila setelah menikah kamu memilih berhenti bekerja dan fokus mengurus anak di rumah, kamu harus tetap mempersiapkan diri, tetap belajar dan mengembangkan diri. 

5. Mengurus Rumah Tangga

Bila saat masih single kamu bisa bertindak sesuka-suka, setelah menikah kamu punya tanggung jawab untuk mengelola rumah tangga. Jadi perlu punya kemampuan untuk mengurus rumah dengan baik, mulai dari merapikan rumah, memasak dan lain-lain. 

Tentu hal ini bisa didelegasikan kepada asisten rumah tangga. Namun, sebagai nyonyah, tentu kamu harus terlebih dahulu tau bagaimana pengaturan yang benar sehingga bisa mengarahkan asisten rumah tangga itu untuk melakukannya.

6. Belajar untuk Beradaptasi dan Kompromi

Setelah menikah, kamu dan suami akan mengalami proses penyesuaian dalam pernikahan. 

Perbedaan kebiasaan, tingkat pendidikan, budaya dan latar belakang keluarga dimana kalian dibesarkan bisa saja menjadi sumber konflik. 

Begitupun saat harus berurusan dengan keluarga besar kedua belah pihak. Mungkin ada hal-hal yang jadi kebiasaan di keluarga besar pasangan yang tak biasa kamu lakukan di keluarga besar kamu. Mungkin kamu berpikir harusnya kan begini begitu. Hal ini bisa bikin konflik yang tak berkesudahan.

Jadi yang paling baik adalah tak usah dibanding-bandingkan. Terimalah semua perbedaan dengan lapang dada. Mengadopsi kebiasaan yang baik dari kedua belah pihak keluarga besar untuk diterapkan di keluarga baru kalian.

7. Belajar Merasa Cukup (Contentment)

Memasuki dunia pernikahan seorang wanita seharusnya sudah selesai dengan dirinya sendiri. 

Sudah tidak sibuk mencari pengakuan orang lain, sudah tidak sibuk memendam sakit hati dan kepahitan, sudah move on dari mantan, tidak terikat dengan hubungan yang tidak jelas dengan pria lain dan sudah tidak melekat pada keinginan untuk harus punya ini harus punya itu hanya untuk mengesankan orang lain.

Wanita yang sudah selesai dengan dirinya sendiri akan merasa cukup alias content dengan apa yang dia punya. Merasa bahagia dengan apa adanya dirinya. Tidak sibuk membanding-bandingkan. 

Dia bisa menerima dirinya apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan. Menyadari bahwa semua orang memang punya tujuan dan porsi yang berbeda sesuai kapasitasnya. 

Bukan berarti tak punya keinginan untuk maju ya, namun, sembari dia berusaha untuk terus memaksimalkan potensinya, dia tetap menikmati dirinya dan semua yang telah dia capai so far.

Dengan rasa cukup ini, wanita bisa fokus memberi kasih dan perhatian pada suami dan anaknya. Menjadi penolong bagi suaminya dan menjadi tempat yang nyaman bagi anak-anaknya untuk bernaung. 

Tak sibuk menuntut pasangan harus beli mobil model ini hanya karena tetangga baru beli. Tak menuntut anak harus juga juara kelas hanya karena anak iparnya dapat juara. Sehingga dia melakukan perannya sebagai istri dan ibu dengan tenang, tak bikin rusuh hidup suami dan anaknya.

8. Terus Belajar dan Memaksimalkan Potensi

Aku agak heran dengan pernyataan yang bilang, “Wanita nggak perlu sekolah tinggi-tinggi, akhirnya toh masuk dapur juga”. 

Padahal peran sebagai istri dan sebagai ibu bukan hal yang mudah. Diperlukan kebijaksanaan yang tinggi. 

Kualitas hubungan suami istri dan anak-anak yang dihasilkan sebuah keluarga sangat dipengaruhi oleh kualitas seorang istri dan ibu alias wanita. 

Baik wanita itu mau berkarir atau mau jadi ibu rumah tangga, wajib kudu dibekali ilmu pengetahuan yang baik dengan sekolah tinggi-tinggi. Tetap belajar dan memaksimalkan potensinya.

9. Belajar Mengelola Emosi

Hal yang kamu lakukan setelah menikah bukan hanya berimbas pada dirimu sendiri tapi juga pada suami, anak dan keluarga besar kedua belah pihak.

Jadilah wanita yang bisa mengendalikan emosi dan kemarahan dengan tetap teduh.

Bila semasa pacaran berantem sama pasangan bisa diselesaikan dengan putus hubungan, tidak semudah itu kalau sudah menikah. Banyak hal harus dipertimbangkan terutama masa depan anak-anak. 

10. Mencari Kehendak Tuhan

Selain terus belajar dari berbagai sumber, wanita juga wajib mencari kehendak Tuhan dengan membangun kehidupan doa yang rutin.

Karena setiap orang punya tujuan khusus dalam hidup ini, demikian juga setiap keluarga punya panggilan yang berbeda dengan keluarga lain. Ada keluarga yang diberi kepercayaan untuk mempunyai anak, ada juga keluarga yang tidak. Setiap keluarga punya tantangan yang berbeda.

Anak-anak yang dipercayakan Tuhan untuk kita asuh juga punya tujuan yang berbeda dari anak lain. Bila suatu pola asuh berhasil untuk satu anak , belum tentu cara itu juga sesuai untuk mengasuh anak yang lain.

Jadi perlu banget terus belajar dan mencari kehendak Tuhan agar kita bisa bertindak dalam ketetapan.


Sementara ini pelajaran yang aku dapatkan baru segini saja. Menuliskan ini, bukan berarti aku udah jadi istri dan ibu yang bagus banget. Aku juga masih terus belajar.

Bila kamu ada saran tambahan silahkan share di comment ya, biar kita belajar bersama.

No comments:

Post a Comment

Pelajaran untuk Tidak Mudah Menghakimi Orang Lain

(sumber: Unsplash)   “Abang udah tau belum berita tentang si X ini? Ternyata dia yang selingkuh tapi malah menuduh istrinya selingkuh. I...