Kasih atau Keset? Pentingnya Membangun Batasan yang Sehat dalam Hubungan

“Ai biang do attong omak ni on!” (Mama mu itu emang anjing!) Wanita paruh baya itu menunjuk wajahku sambil melontarkan makian tersebut dengan raut bengis, di depan para kerabat yang sedang berkumpul saat perayaan Tahun Baru di rumahnya. Wanita itu adalah istri dari kakak laki-laki mamaku, yang dalam adat dianggap punya peranan cukup penting. Para kerabat lain, termasuk suami dan anak-anaknya, hanya diam sambil mengangguk-angguk. Mungkin mereka juga setuju. Aku hanya bisa diam mendengar rentetan makian itu sambil sesekali cengar-cengir kebingungan. Dalam hati, tentu saja aku tidak terima ibuku dikatain begitu. Tapi aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Saat itu aku datang sendirian ke rumah kerabat itu karena diminta oleh mamaku. Seperti biasa, beliau sering meminta anak-anaknya untuk datang ke sana sebagai bentuk pengabdian. Mungkin saja moment tahun baru ini akan ada banyak tamu, banyak cucian piring, banyak cucian baju dan banyak kerjaan rum...