Apa yang Membuatmu Berputar-putar Terus dalam Masalah yang Sama
Pernah nggak sih kamu diperhadapkan pada masalah yang itu lagi itu lagi? Orang lain udah beralih ngurusin masalah XYZ, kamu masih aja sibuk berkutat di masalah ABC. Apa ya yang bikin seseorang berputar-putar terus dengan masalah yang sama?
Masalah adalah nutrisi jiwa yang diperlukan oleh manusia selama hidupnya untuk terus bertumbuh. Masalah yang sama akan terus terulang kalau kita tidak berhasil memetik pesan atau menolak belajar dari masalah tersebut.
Ibarat sekolah, saat kita kelas 1 SD kita akan diperhadapkan pada ujian di level kelas 1 SD. Kalau kita berhasil menyelesaikan ujian itu, barulah bisa naik ke kelas 2. Kalau tidak bisa menyelesaikan ujian kelas 1, maka kita tinggal kelas dan akan disodorkan lagi materi ujian yang sama hingga akhirnya berhasil lulus.
Bila saat ini kamu hanya berputar-putar di dalam masalah yang itu lagi itu lagi, bisa jadi kamu belum belajar dengan baik sehingga belum lulus-lulus. Mengapa bisa demikian ya?
Mentalitas Korban
Menurut pengalamanku, satu penyebab yang berperan besar adalah bila seseorang memilki mentalitas sebagai korban. Playing victim. Orang yang merasa bahwa dirinya adalah korban dari perilaku orang lain atau korban keadaan. Biasanya merasa terjebak, tak punya andil dan tak punya daya untuk mengubah atau memperbaiki suatu keadaan buruk yang terjadi atas hidupnya.
Apapun saran perbaikan yang kau berikan padanya akan dia sangkal dengan ribuan alasan mengapa hal itu tidak mungkin terjadi. Bila dia curhat tentang deritanya yang tiada akhir, biasanya itu hanya untuk curhat saja, sekedar buang sampah. Bukan mau nyari solusi. Lagian dia tak merasa butuh saran juga. Dia merasa orang lain dan keadaan lah yang harusnya dibenerin. Masalah bukan pada dirinya.
Walaupun posisi menjadi korban disadari tak menyenangkan, ternyata ada juga loh orang yang senang bertahan di posisi itu karena ternyata dianggap menguntungkan.
Kok bisa? Iyalah, dengan menjadi korban, seseorang tak dituntut pertanggungjawabannya atas suatu masalah. Namanya pun korban. Orang memilih menjadi korban karena nggak perlu repot-repot ngapa-ngapain. Kan tinggal nyalahin orang lain.
Kalau dia mengambil alih kendali tanggung jawab, berarti memindahkan diri dari kursi penumpang ke kursi driver. Banyak risiko yang tak bisa diprediksi. Harus mikir. Perlu kerja keras.
Karena merasa diri hanya korban maka yang dia anggap perlu memperbaiki situasi adalah orang lain. Nah! Disinilah letak masalahnya. Karena kita tidak bisa mengendalikan orang lain. Pilihan dan tindakan orang lain ada di luar kendali kita.
Mau sampai kapan menunggu orang lain memperbaiki keadaan? Bagaimana kalau dia tak kunjung bergerak? Lebih parah lagi, bagaimana kalau orang lain itu juga ternyata merasa diri sebagai korban dan sedang menunggumu berubah? Hihi..nggak akan ada yang bergerak.
Menyadari Bahwa Kita Punya Andil dan Punya Power.
Menurutku, cara keluar dari mentalitas korban adalah dengan berani mengakui bahwa kita punya andil dalam suatu masalah. Juga menyadari bahwa kita punya power dan berdaya untuk memperbaiki situasi.
Dengan kesadaran ini dalam pikiran, kita baru akan mulai memikirkan langkah apa yang bisa kita lakukan dan bergerak mengatasinya.
Misalnya orang yang sudah puluhan tahun bermasalah mulu di bidang keuangan, gali lobang tutup lobang demi bertahan hidup sehari-hari. Selama dia bermental korban dan hanya menyalahkan situasi dan orang lain, maka dia akan cenderung pasif dan tidak memikirkan solusi untuk keluar dari masalah keuangan itu.
Dia hanya sibuk mengeluh, menyalahkan perusahaan yang memberi gaji kecil, suami yang pelit, orangtua yang tak pengertian, anak-anak yang boros, pemerintah yang tidak memberi bantuan, bahkan kadang setan pun kena batunya ikutan disalahkan juga.
Begitu dia sadar bahwa dia punya andil dan punya power, maka dia akan mulai mikir bagaimana ya cara mengelola uang dengan baik? Bagaimana ya cara mendapatkan tambahan penghasilan? Fokusnya berubah dari sekedar mengeluh menjadi memikirkan solusi.
Ambil Hikmahnya dan Naik ke Level yang Lebih Tinggi
Kadang suatu masalah bisa tetap ada tapi kita tak terlalu mempermasalahkannya lagi bila kita sudah mendapatkan pelajarannya. Jadi daripada sibuk mengeluh, cobalah merenungkan pelajaran apa yang bisa dipetik dari masalah tersebut.
Memang nggak selalu mudah untuk meninggalkan pola lama bermental korban. Butuh perjuangan yang sungguh-sungguh. Tapi kalau nggak diupayakan ya akan membuat kita jalan di tempat.
Menolak bertanggung jawab dan hanya menyalahkan orang lain akan membuat mu terus menerus bergulat dengan masalah yang sama.
Mungkin kamu bisa berdalih, yah namanya juga manusia hidup kan memang wajar ada masalah. Tentu saja wajar. Tapi harusnya makin hari levelnya makin tinggi. Apa bedanya? Kan tetap aja namanya masalah? Bedanya ya level masalah yang lebih tinggi menunjukkan bahwa kita makin bertumbuh.
Dan bertumbuh adalah sesuatu yang setiap mahluk hidup butuhkan untuk menjadi sehat. Masalah yang terjadi memang perlu dan menjadi tantangan yang membuat hidup lebih hidup. Saat kita berhasil mengatasi satu masalah, hal itu akan memberikan sebentuk rasa bahagia dan berdaya dalam diri kita.
Memang masalah akan selalu ada sepanjang hidup manusia. Namun masalah yang sama yang itu lagi itu lagi akan bikin seseorang menjadi mandek dan hidup tak happy.
Ibarat main game, kita pasti senang bila naik level dan menghadapi tantangan yang lebih sulit di level baru. Hal ini bikin main game jadi menarik. Tantangan baru dan lebih kompleks membuat perjalanan menjadi menarik setiap kali kita berhasil mengatasinya. Kalau levelnya itu lagi-itu lagi pasti bosan kan ya?
Menyelesaikan satu level di satu waktu memberikan seseorang perasaan bahagia dan rasa pencapaian yang bikin makin semangat menghadapi hidup.
So, mumpung masih ada waktu, jangan hanya berdiam dan menunggu orang lain datang menjadi hero. Jadilah hero bagi dirimu sendiri. Kenapa mumpung ada waktu? Karena akan tiba saatnya kita udah kehabisan waktu dan tenaga untuk mengupayakan apa yang perlu kita upayakan.
Kamu punya andil, kamu punya power dan kamu bertanggung jawab atas hidupmu sendiri.
Yuk ambil alih kendali dan berhentilah merasa menjadi korban.