Thursday, April 4, 2024

Bagaimana Membedakan Antara Keinginan dan Kebutuhan di Tengah Gempuran Diskon

Sumber (bruno-kelzer-LvySG1hvuzI-unsplash)

Kita memasuki bulan penuh berkah, dimana segala sesuatu tampak seperti suatu kebutuhan. Dari kebutuhan untuk diri sendiri sampai kebutuhan untuk berbagi kepada keluarga dan orang-orang di sekitar.

Adanya tambahan penghasilan yakni THR dan berbagai produk di pasaran yang menggempur dengan harga diskon yang tidak tanggung-tanggung, seolah memberikan alasan yang semakin kuat untuk beli ini itu.

Seperti yang saya alami pagi ini di salah satu grup Whatsapp, seseorang mengirimkan informasi terkait diskon spesial dari suatu merk produk. Terdiri dari kosmetik, alat masak, asesoris wanita dan lain-lain. Bukan main-main, diskonnya bahkan mencapai 90%!

Segera aku mengecek daftar barang yang sedang promo itu. Hatiku berdebar saat melihat harga produk yang begitu murah dibanding harga normalnya. Beberapa produk tampaknya sudah kosong, dengan panik aku segera memasukkan beberapa produk ke dalam keranjang belanja online. Aku ingin segera memborong semua barang yang sedang diskon itu. Kapan lagi dapat harga segini?

Namun saat akan checkout belanjaan itu, dalam hatiku muncul kegalauan. Semua produk yang lagi diskon itu tidak ada dalam daftar barang yang ingin aku beli dalam budget bulan ini. Sisi diriku yang  berkesadaran menghalauku untuk tidak membeli produk-produk itu. 

Ini bukan kebutuhan. Kalau aku tak lihat info promo ini, aku tak akan kepikiran beli barang-barang ini. Bagaimana mungkin sekarang hal ini menjadi suatu kebutuhan? Bahkan kebutuhan yang mendesak? Mau harganya diskon 90% kek, tapi kalau ini bukan kebutuhan, buat apa juga?

Aku tak butuh beli tas baru ini, aku tak butuh beli kosmetik baru ini dan aku tak tau mau dipake kemana asesoris ini. Semua keinginan mendadak ini hanya sebuah gairah lapar mata.

Walau aku galau, namun aku tetap memutuskan untuk beli beberapa produk. Sampai aku tiba pada keputusan untuk checkout, ternyata barang-barang tersebut sudah kosong. Aku kesal. Kenapa butuh lama banget untuk menimbang-nimbang? Namun, satu sisi, aku juga bersyukur bahwa aku tidak se impulsive itu untuk beli hal-hal yang sebenarnya bukan kebutuhan itu.

Aku sudah diselamatkan oleh keadaan bahwa barang-barang itu sudah kosong.

Lalu aku sadari, ternyata aku kadang-kadang masih impulsive. Membeli sesuatu tanpa pikir panjang, kemudian barang itu menjadi tidak digunakan juga, dan tindakan itu menghianati niatku untuk stick to budget. Dana yang sudah jelas alokasinya untuk apa saja jadi berantakan. Pengelolaan keuangan jadi tidak stabil dan aku harus pusing untuk hal-hal tidak penting itu.

Memang harga diskon kadang membuat seseorang gelap mata dan melihat suatu produk menjadi tampak begitu penting dan mendesak. 

Apakah kamu juga pernah mengalami hal ini? Merasa butuh segala sesuatu hanya karena lagi diskon? Bagaimana agar tetap berkesadaran dalam belanja agar keuangan tetap bisa stabil?

Beberapa hal berikut ini mungkin bisa menjadi pertimbangan

Buat budget bulanan termasuk budget THR

Membuat budget dengan rajin tiap bulan adalah langkah awal untuk tau apa tugas dari setiap rupiah yang kita dapatkan dalam satu bulan. Namun itu akan sia-sia tanpa diikuti kedisiplinan untuk mengikuti arah budget tersebut. Buat alokasi yang jelas dan masuk akal untuk dana yang kamu peroleh termasuk THR dan stick to budget. 

Misalnya THR untuk dibagi ke siapa aja, jumlahnya berapa aja, beli parcel ke siapa aja dan sebagainya. sehingga dana THR kamu tidak menghilang begitu saja tak terkendali.

Membuat Daftar Produk yang ingin dibeli

Membuat daftar barang yang akan dibeli dalam suatu waktu. Misalnya beli baju, sepatu, alat dapur atau hal lain. Belanja hanya sesuai dengan daftar tersebut. Sehingga tidak perlu terdistract hanya karena lihat promo asesoris lucu. Bila hal itu tidak ada sebelumnya dalam daftarmu, kemungkinan besar itu memang tidak kamu butuhkan.

Memiliki akun berbeda 

Memiliki akun berbeda untuk biaya hidup sehari-hari dengan tabungan, sehingga jumlah dana yang bisa kamu belanjakan sesuai dengan kebutuhan dan tabungan bisa aman.

Begitupun juga dengan dana yang kamu ingin bagikan ke orang-orang, sebaiknya segera masukkan ke amplop masing-masing, agar mereka aman dan tidak terpakai untuk belanja macam-macam yang tidak direncanakan.

Membuat Kesepakatan dengan Pasangan

Bila kamu sudah menikah, buat kesepakatan dengan pasangan akan budget dan rencana pembelanjaan bulanan. Dengan cara ini, kita bisa lebih menjaga diri bahwa belanja sesuatu yang diluar kesepatakan itu tidak seharusnya dilakukan. Karena keputusan itu akan dipertanggungjawabkan kepada pasangan juga.

Uninstall Aplikasi Belanja

Bila sudah selesai belanja hal yang ada dalam daftar, nggak usah lihat-lihat aplikasi belanja lagi. Uninstall aja sampai tiba saatnya perlu belanja lagi. Dengan begitu, kamu sedang menghindari godaan untuk lihat promo produk yang lucu-lucu yang mungkin bagimu sayang untuk dilewatkan.

Demikian beberapa hal yang mungkin bermanfaat untuk menjaga dompet biar tetap aman dan terkendali. Salam berkesadaran!

No comments:

Post a Comment

Pelajaran untuk Tidak Mudah Menghakimi Orang Lain

(sumber: Unsplash)   “Abang udah tau belum berita tentang si X ini? Ternyata dia yang selingkuh tapi malah menuduh istrinya selingkuh. I...