Wednesday, October 11, 2023

Bagaimana Menyikapi Pertanyaan Kapan Nikah



Sebagai wanita bertatus single untuk waktu yang lumayan lama, aku cukup kenyang dengan pertanyaan horor berbunyi, “Kapan nikah?” 

Pertanyaan itu bisa datang dari mana saja secara tiba-tiba. Bisa dari orangtua, kerabat, sahabat, saudara, kawan maupun lawan. Tua muda, kaya maupun miskin, orang yang udah lama kenal, baru kenal dan belum kenal aja udah ada yang nanya. Sangat menggerahkan.

Bahkan aku pernah ketemu teman jaman SMA pas aku mudik ke kampung. Dari urusan basa-basi nanya kabar obrolan kami berlanjut ke curhat.

Dia sudah menikah dan isi curhatnya banyak berisi keluhan tentang ekonomi rumah tangganya yang memprihatinkan. Kelakuan suaminya yang cuek dan malas kerja sehingga dia harus bekerja keras untuk menopang kehidupan keluarganya.

Padahal semasa SMA, temanku yang cantik dan berpenampilan menarik ini termasuk primadona di sekolah. Banyak pria berlomba mendapatkannya dan melimpahinya dengan materi. 

Kisah hidupnya membuatku prihatin, aku terhanyut oleh rasa sedih dan emosi.

Kemudian, tiba-tiba saja, dia berkata, “Terus kamu gimana? Kapan nikah?”

Lah?! Aku gelagapan dan terkejut mendengar serangan balik yang tak terduga itu. 

Siapa yang menyangka bahwa dia akan melontarkan pertanyaan itu ditengah cerita tentang problematika pernikahannya?

Kecuali tadinya dia lagi cerita tentang betapa bahagianya hidupnya setelah menikah karena begitu dimanja dan dicayang-cayang suami, mungkin masih relevan melanjutkan dengan pertanyaan kapan giliranku.

Pada awalnya memang aku sering panik, sedih, marah dan frustasi bila dapat pertanyaan itu. Orang lain mungkin mengucapkan itu sebagai basa basi. Tapi bagiku berasa seperti belati yang menancap tepat di ulu hati. 

Seiring waktu kebijaksanaanku  mulai bertambah dan aku mulai mengerti bahwa penyebabnya ternyata karena gambar diriku yang masih salah. 

Ketika itu aku mengira bahwa nilai diri dan keberhargaanku adalah apabila aku bisa memenuhi standar sukses di mata orang-orang di sekitarku. Misalnya, usia segini seharusnya wanita udah menikah, udah punya anak, udah punya karir bagus, udah punya rumah dan harta benda lain. 

Aku sering mendengar orang-orang berbicara tentang wanita single di usia matang dengan sudut pandang seolah mereka aneh, gagal dan memprihatinkan. 

Jadi, aku tak ingin dinilai begitu oleh orang lain. Sehingga aku menuntut diriku untuk segera menikah. Karena aku belum kunjung menikah, aku menjadi kesal ditanyain kapan nikah. Aku berpikir orang-orang itu sedang memojokkanku dan mempertanyakan nilai diriku. 

Itu makanya, ketika itu aku sering menjawab dengan jutek. Bahkan beberapa teman yang menanyakannya lewat media social, aku blokir. Aku murka setiap kali ditanya kapan nikah.

Sampai aku tiba pada tahap menyadari bahwa hidupku berharga dan mulia di mata Tuhan maka aku tak lagi begitu terganggu dengan pertanyaan itu. 

Tuhan menciptakanku untuk suatu tujuan khusus dan mencapai tujuan itulah yang seharusnya menjadi perlombaan yang wajib aku kejar. 

Aku punya standar sukses yang baru yaitu hidup berkenan dan menggenapi rencana Tuhan dalam hidupku. Bukan lagi lomba cepat-cepatan nikah, lomba banyak-banyakan anak, lomba rumah paling besar dan lain-lain. 

Karena aku akhirnya punya persepsi yang baik tentang diriku, aku tak lagi begitu mempermasalahkan apa kata orang.

Dan aku pun mengerti, kadang sebenarnya mereka yang nanya itu hanya basa-basi, kadang ada yang memang heran, kadang emang ada yang benar-benar care dan ingin menolong karena prihatin.

Dengan pengertian itu, aku mulai menyikapi pertanyaan kapan nikah dengan cara yang lebih positif. 

Bagaimana sih seharusnya menyikapi pertanyaan kapan nikah yang cukup mengganggu itu?

Buat kamu, wanita single yang suka kesal ditanya begitu, yuk simak yuk!

Jawab dengan Senyuman 

Saat lagi kondangan, ketemu orang, terus dengan ekspresi menggoda, orang itu bertanya, “Kapan nyusul?”

Dalam konteks ini, kemungkinan besar si penanya hanya ingin berbasa-basi. Cukup lemparkan senyuman termanis mu dan kembali fokus pada acara atau kegiatan yang sedang berlangsung.

Jawab dengan candaan

Tak perlu terlalu serius menanggapi pertanyaan tersebut. Jawablah dengan santai atau becanda, misalnya dengan berkata, 

“Emangnya siapa yang mau nikah?”

“Rahasia dong!” 

“Nunggu ada acara nikah massal biar bisa gratis, hehe”

“Belum ada pria yang berhasil mendapatkan cintaku”

Jawaban ini juga cocok dilontarkan kepada teman dekat atau kerabat yang kamu nyaman becanda. Kalau untuk orangtua mungkin terkesan kurang sopan ya. 

Jawab dengan singkat dan bijak

Hal ini berlaku bila suasana pertemuan lebih fokus, bukan hanya sambil lalu. Misalnya dalam acara kumpul keluarga atau reuni teman lama. 

Dengan tenang dan tak lupa menyertakan senyuman termanis, jawab dengan singkat dan bijak. 

“Nanti kalau sudah ketemu jodoh dan waktunya sudah tepat pasti aku kabari”

Tak perlu menjelaskan terlalu banyak hal. Tak perlu membela diri. Tak perlu menceritakan seluruh sejarah hidupmu dan jatuh bangunmu dalam mencari jodoh. Tak perlu menjelaskan filosofi-filosofimu mengenai pernikahan yang ideal dll.

Kamu tak wajib kok menjelaskan pilihan hidupmu pada siapapun. You don’t owe anyone any explanation. 

Minta didoakan 

Setelah mengucapkan jawaban singkat tadi, lanjutkan dengan permintaan doa dari si penanya.

 “Doain ya biar cepat ketemu jodohnya”

Ini jawaban yang bisa membawa berkah bagimu karena orang yang bertanya biasanya akan mengamini sekaligus mendoakan.

Minta dikenalin

Jawaban lain yang juga bisa membawa kebaikan adalah dengan minta dikenalin oleh si penanya.

“Belum ketemu jodohnya nih, kenalin dong…” 

Cara ini akan membuat mereka merasa tertantang untuk menolongmu yang seperti sudah kehabisan akal untuk mencari jodoh sendiri. 

Mereka biasanya akan mulai mengernyitkan kening, berusaha mengingat-ingat siapa pria single yang tepat untuk dijodohkan denganmu. Siapa tau aja ye kan…ternyata cucok. Hehe 

Ucapkan Terima kasih

Setelah ditanya kapan nikah, biasanya apapun jawabanmu, orang akan tetap melanjutkan dengan nasehat tak diminta seperti," Makanya jangan terlalu pilih-pilih, ingat umur, jangan terlalu mengejar karir...blablabla" seolah itu sudah satu paket komplit.

Biasanya tahap ini merupakan ujian kesabaran. Tapi karena kita udah berusaha bersikap benar dari awal, jangan merusaknya dengan jawaban ketus. 

Tarik nafas dalam-dalam, keluarkan perlahan. Lagi-lagi, keluarkan senyum termanismu dan katakan saja, 

“Terima kasih ya atas nasehatnya/ perhatiannya.”

Ajukan pertanyaan balik

Sebelum orang tersebut lanjut membahas hal pernikahan lagi, segera lakukan serangan balik. 

Ajukan pertanyaan tentang orang tersebut. Bagaimana kabarnya, keluarganya, pencapaiannya, anak-anaknya,  baju cantiknya beli dimana dan topik lain yang menarik untuk dibahas. 

Niat mereka mendesakmu nikah akan segera teralihkan karena mereka akan dengan senang hati fokus menceritakan hal-hal tentang dirinya. 

Problem solved! Mudah bukan? 

No comments:

Post a Comment

Pelajaran untuk Tidak Mudah Menghakimi Orang Lain

(sumber: Unsplash)   “Abang udah tau belum berita tentang si X ini? Ternyata dia yang selingkuh tapi malah menuduh istrinya selingkuh. I...