Siapa yang tidak suka baca cerita fiksi?
Kadang membaca cerita fiksi membuat kita seperti ikut tenggelam dalam suatu kisah dan merasa seakan kita adalah tokoh dalam cerita tersebut. Kita juga bisa merasakan serunya berpetualang dalam jalan cerita yang berliku dan tak terduga endingnya.
Saya juga suka baca cerita fiksi terutama genre misteri. Saya sempat koleksi beberapa novelnya Agatha Christie. Sangat menarik dan bikin penasaran isinya.
Menurut saya, penulis cerita fiksi adalah orang hebat dengan imajinasi dan kreativitas yang tinggi. Mereka juga pandai merangkai kata-kata sehingga ceritanya menjadi menarik untuk dibaca.
Apakah kamu juga suka baca cerita fiksi? Atau sedang berusaha untuk menulis cerita fiksi tapi merasa bingung?
Tema Pelatihan belajar menulis PGRI gelombang 27 pertemuan ke 10 malam ini adalah Kiat Menulis Cerita Fiksi.
Suatu tema yang sangat menarik sekaligus menantang bagiku. Apakah saya juga bisa?
Bapak Sudomo, S.Pt, sang narasumber pertemuan ini adalah seorang guru IPA yang suka menulis cerita fiksi. Tampak bertolak belakang ya, seorang pengajar ilmu eksak tapi ternyata bisa juga menulis cerita fiksi.
Fiksi adalah adalah cerita rekaan yang berasal dari imajinasi seseorang. Jadi tidak secara ketat berdasarkan sejarah atau fakta.
Berdasarkan jumlah kata yang digunakan, terdapat 7 bentuk cerita fiksi, sebagai berikut:
1. Fiksi mini, beberapa kata yang menggambarkan cerita utuh
2. Flash fiction, jumlah kata khusus, misalnya 50 kata, 100 kata, dll.
3. Pentigraf, cerita pendek 3 paragraf
4. Cerpen, jumlah kata kurang dari 7.500 kata
5. Novelet, jumlah kata mulai 7.500-17.500 kata
6. Novela, jumlah kata berkisar 17.500-40.000 kata
7. Novel, jumlah kata lebih banyak dari 40.000 kata
Proses Kreatif Menulis
Berikut ini beberapa poin yang disampaikan oleh Bapak Sudomo, Hal yang perlu kamu ketahui saat mau menulis cerita fiksi.
1. Niat
Bila niatnya jelas, langkah pencapaiannya juga jadi lebih jelas. Yang paling penting miliki motivasi diri untuk mulai menulis dan menyelesaikannya.
2. Baca
Membaca karya fiksi orang lain bermanfaat untuk memperkaya kosakata, menemukan ide dan belajar teknik penulisan.
3. Ide dan Genre
Setiap ada ide baru muncul, segera tuliskan. Kemudian kembangkan ide dengan kisah dalam imajinasi kamu. Untuk lebih menikmati proses menulis cerita fiksi ini, pilihlah genre yang kamu sukai dan kuasai.
4. Outline
Membuat outline akan membantu kamu fokus pada cerita yang sudah ditentukan. Jadi ceritanya tidak melebar kemana-mana. Ada beberapa unsur membangun cerita yang harus dicantumkan dalam outline ini, sebagai berikut:
Tema
Tema adalah ide pokok cerita. Pilihlah tema yang menarik perhatian kamu, yang bahannya mudah diperoleh dan ruang lingkupnya terbatas.
Kamu bisa sesuaikan tema cerita fiksi yang akan kamu tulis sesuai dengan minat kamu. Bisa juga dari kejadian nyata, dari imajinasi bahkan bisa merupakan curahan hati kamu.
Contoh tema: Berkah Kejujuran, Persahabatan 3 Anak SD, dsb.
Premis
Premis adalah ringkasan cerita dalam satu kalimat, yang terdiri dari unsur karakter, tujuan tokoh, rintangan dan resolusi.
Cara membuat premis, tulis masing-masing unsur pembentuknya kemudian rangkai menjadi satu kalimat utuh.
Contoh premis: Seorang anak SD mengajak dua orang temannya ke rumah kakeknya dan berusaha memperoleh pemahaman tentang materi IPA.
Alur/Plot
Yaitu struktur rangkaian kejadian dalam cerita.
Ada beberapa macam alur, alur maju, alur mundur, alur campuran, alur flashback, alur kronologis
Unsur-unsur alur/plot terdiri dari pengenalan cerita, awal konflik, menuju konflik, konflik/klimaks, penyekesaian/ ending. Urutannya bisa diubah sesuai dengan jenis alur yang dipilih.
Penokohan
Ada 3 macam tokoh, antagonis, protagonis dan tritagonis.
Jelaskan detail karakter masing-masing tokoh dengan teknik penggambaran tokoh.
Latar/setting
Gambarkan mengenai waktu, tempat dan suasana peristiwa dalam cerita.
Sudut pandang
Kamu bisa memilih cerita ini dari sudut pandang sebagai orang pertama tunggal, orang pertama jamak, orang kedua, orang ketiga tunggal, orang ketiga jamak dan campuran.
5. Menulis
Kamu sudah membuat tema, menentukan genre, penokohan, latar dan sudut pandang cerita dalam outline. Saatnya mulai menulis. Membuka cerita dengan baik, pengenalan tokoh dan latar, menceritakan sisi konflik internal dan eksternal tokoh, memilih susunan kalimat yang pendek dan jelas, memperkuat tulisan dengan pemilihan kata yang tepat, membuat ending yang tepat.
6. Swasunting
Lakukan editing setelah selesai menulis, jangan menulis sambil mengedit. Fokuslah pada pengeditan kesalahan pengetikan, pemakaian kata baku dan istilah, aturan penulisan, ejaan dan logika cerita.
7. Publikasi
Akhirnya cerita fiksi kamu selesai juga! Saatnya menerbitkan cerita fiksimu 😍
Kali ini saya coba melengkapi cerita yang tadi diberikan oleh narasumber.
"Aku tidak mau!"
Terdengar suara memecah gelapnya malam. Sesaat setelahnya menghilang. Hanya angin memenuhi pekat malam. Sepertinya aku mengenali suara itu. Itu adalah suara dari diriku sendiri.
Malam semakin larut, namun aku belum bisa memejamkan mataku. Aku merasa gelisah oleh rasa lapar yang mencekam.
Ini adalah hari kedua aku mencoba untuk diet. Dalam program diet itu disarankan untuk makan malam paling lambat jam 6 sore, setelah itu hanya boleh minum air putih. Biasanya aku bisa ngemil kapan saja aku mau. Tapi demi komitmen pada diet, aku tak boleh menyentuh makanan apapun lagi malam ini.
Aku sudah minum segelas air tapi ternyata tak cukup mengobati kelaparanku. Aku ingin makan!
Tiba-tiba dari depan rumah terdengar suara yang berseru, "Sateeee Padang...! Satee Padang...!". Suara yang membuatku tergoda untuk segera keluar rumah dan memanggil tukang sate itu.
Tapi satu suara yang aku tau berasal dari sisi sadarku berkata tegas "Aku tidak mau!"
Aku harus berkomitmen untuk diet.
Hmm...apakah ini disebut cerita fiksi atau fakta? Hehe
Luar biasa
ReplyDeleteTerima kasih ya Pak Dail.
DeleteTulisan fiksi berdasarkan kejadian nyata juga bisa bu hehe. Oke bagus resumenya bu
ReplyDeleteOh gitu ya Pak..makasih reviewnya ya Pak.
Delete