Seorang Manager HRD di tempatku bekerja pernah berkata, 2 profesi yang tidak dia rekomendasikan untuk jadi calon suami bagi putrinya adalah olahragawan dan penulis.
Menurutnya kedua profesi itu tidak terjamin masa depannya. Kalau olahragawan usia produktifnya berkarir sebagai atlit terbatas hanya selama dia masih muda dan berenergi.
Sementara kalau penulis, penghasilannya tergantung dia lagi ada ide untuk menulis atau tidak. Jadi kalau misal uang belanja habis dan istrinya minta uang, dia akan beralasan, ntar dulu, belum ada uang, belum ada ide mau nulis apa. Terus kalau istrinya mendesak, dia akan kesal dan berkata, lah mau gimana, namanya juga lagi nggak ada ide!
Ketika itu berpikir ada benarnya
juga pendapat itu. Menulis tampaknya bukan suatu profesi yang menjanjikan. Ketika
itu aku beberapa kali menulis artikel di suatu website dan komisinya memang
tidak seberapa. Jadi bagiku menulis hanya sekedar hobby aja, yang dilakukan kalau
lagi ada ide dan kalau ada waktu luang.
Namun materi kelas menulis tentang
“Menulis Membuatku Naik Kelas dan Berprestasi” yang dibawakan oleh seorang
lulusan kelas belajar menulis membuka pengertianku, bahwa menulis bisa membuka
banyak pintu rejeki dan untuk peningkatan kualitas kehidupan seseorang.
Seperti yang disampaikan Ibu
Rosminiyati, moderator untuk pertemuan ke 4 gelombang 27 BM PGRI, dalam pembukaan kelas menulis malam ini:
“Kelas Belajar Menulis ini telah
menyiapkan program istimewa dengan narasumber yang andal di bidangnya. Keberadaan
Bapak/Ibu di sini bukanlah suatu kebetulan saja, melainkan ada rencana besar
yang disiapkan Allah untuk masing-masing kita. Oleh karena itu, jemputlah
takdir baik Bapak/Ibu dengan memanfaatkan kesempatan yang ada dengan
sebaik-baiknya.”
Ya, ini bukan suatu
kebetulan. Bila diikuti dengan tekun dan serius, maka kelas menulis ini pasti
akan membawa kita bisa naik kelas dan berprestasi dan bukan tidak mungkin untuk
menjadi profesi yang menjanjikan di kemudian hari.
Hal itu terbukti dari kisah yang
disampaikan oleh narasumber bernama ibu Aam Nurhasanah S. Pd. Seorang guru SMP
dari Propinsi Banten yang selain profesi guru juga adalah seorang blogger,
narasumber, moderator, kurator dan editor yang selalu naik kelas dan telah
mengukir banyak prestasi.
Ibu Aam adalah peserta kelas
menulis Gelombang 8 yang gagal karena tidak bisa menyelesaikan tugas resume
dengan baik. Namun dia tidak menyerah pada kegagalan itu. Dengan api semangat
yang terus dipupuk, dia pun mencoba kembali ikut kelas menulis gelombang 12.
Kali ini, dengan bimbingan dari
Ibu Sri Sugiastuti (Bu Kanjeng), seorang narasumber di kelas belajar ini, dia
mulai bangkit dan berhasil mengukir karya yang pertama kali dalam buku antologi
yang berjudul Semangat Menulis Bersama
Bu Kanjeng.
Di buku yang ditulis oleh 42
narasumber dari seluruh nusantara ini, nama Bu Aam menempati urutan pertama. Hal
yang membuat motivasi menulis beliau semakin terbakar sehingga Bu Aam bisa menyelesaikan
tugas-tugas resume dan akhirnya lulus dari kelas menulis gelombang 12.
Setelah lulus kelas belajar
gelombang 12, selanjutnya beliau menulis buku solo perdananya yang berjudul Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat. Sebuah
buku yang lahir dari impiannya menulis
hingga seribu buku dan tetap berproses menjadi penulis hebat di masa depan.
“Bermimpilah dahulu, jangan takut
bermimpi. Wujudkanlah mimpimu.”, demikian salah satu pesannya.
Setelah buku solo perdana terbit
dan telah tersebar ke seluruh tanah air, bu Aam kemudian menjadi moderator
untuk kelas menulis di tim Omjay. Sebagai seorang yang punya semangat tinggi
untuk belajar, beliau belajar dari para senior dan pengalaman belajar itu
melahirkan buku baru lagi berjudul Kunci
Sukses Menjadi Moderator.
Dari penulis buku antologi, jadi
penulis buku solo, kemudian jadi moderator. Apakah sudah puas dengan hal itu? Ternyata
tidak. Keinginan untuk tetap memaksimalkan potensi membuatnya menerima tawaran
dari Bu Kanjeng untuk menjadi kurator.
Tugas kurator adalah menghimpun
beberapa naskah para peserta belajar menulis untuk dijadikan buku antologi. Ada
banyak buku-buku yang telah menggunakan jasa beliau sebagai kuratornya.
Seperti tak kehabisan energi,
beliau masih juga ikut lomba blog. Pernah mendapatkan juara 1 lomba blog PGRI
Tingkat Nasional. Hal ini kemudian memberikannya ide untuk menulis buku solo ke
3 nya berjudul Blogger Inspiratif.
Sukses menjadi juara blog
membuatnya kemudian diminta untuk mengedit naskah novel berjudul Seindah Takdir Cinta. Menjadi novel
pertama yang dia sebagai editornya. Selanjutnya dia banjir orderan untuk
menjadi editor buku solo para peserta belajar menulis.
Kemudian, beberapa undangan untuk
menjadi narasumber kelas nasional pun berdatangan…
Sungguh suatu perjalanan naik
kelas yang mengagumkan.
Saat kita membaca semua prestasi
ini, mungkin kita berpikir, kok tampaknya lancar banget ya perjalanan sukses
beliau ini?
Ternyata jalannya tidak selalu
mulus. Banyak kendala dan hambatan yang harus dia hadapi. Mulai dari rintangan
dari dalam diri sendiri, sampai rintangan dari faktor luar.
Rintangan dari diri sendiri
adalah mengenai management waktu. Masalah dari luar adalah susah dapat sinyal. Kelas
malam ini juga sempat terganggu karena sinyal yang susah membuat beliau sulit
mengirimkan jawaban pertanyaan peserta. Tapi bagi beliau, masalah sinyal tidak
boleh dijadikan hambatan, tapi nikmati aja.
Cara Mengatasi Hambatan dalam Menulis
Berikut ini beberapa saran dari ibu Aam untuk mengatasi hambatan dalam menulis:
1. Membuat skala prioritas
Data semua pekerjaan, dahulukan yang paling penting. Semua pekerjaan pasti punya deadline yang berbeda, mana yang harus dikerjakan duluan, mana yang bisa dikerjakan kemudian. Jangan sampai karena kita merasa pekerjaan numpuk, jadinya pusing, nggak tau harus ngapain dulu.
2. Luangkan waktu untuk menulis
Jangan menunggu
ada waktu luang untuk menulis. Waktu untuk menulis harus kita sediakan atau
jadwalkan dalam rutinitas harian kita.
Di tengah banyaknya kesibukan kita, kalau kita tidak menyediakan waktu khusus, bisa-bisa kita tak pernah punya waktu untuk menulis.
3. Jika bosan, berhenti sejenak
Ada kalanya kita merasa jenuh menulis. Jangan paksakan menulis. Mungkin ini adalah saatnya kita berhenti sejenak dan refreshing. Carilah hiburan dengan berbagai hal yang membuat kita senang dan segar kembali.
4. Tetap semangat walau ada kendala
Setiap kita punya
kendala masing-masing. Bisa kesibukan bekerja dan mengurus keluarga, bisa juga
kendala sinyal dan masih banyak lagi. Tapi apapun kendalanya, harus tetap
semangat berjuang untuk melewati setiap ujian.
Siap naik kelas dan berprestasi lewat menulis? Yuk, semangat belajar dan mulai mencipta karya.
Jangan sia-siakan
kesempatan yang masih ada.
Wow.... Saya suka tulisan resume ini. Panjang tapi berisi sehingga tetap menarik untuk dibaca sampai selesai. Bagian pembuka saya suka. Kejadian terkait profesi penulis kemudian dikaitkan dengan tema materi. Bagus Bu.
ReplyDeleteJudulnya menarik, artikelnya lengkap dan enak dibaca mbak
ReplyDelete