One day, someone will love you the way you deserve to be loved and you won’t have to fight for it – ruby dhal
Kapan kawin? Suatu pertanyaan horror bagi para lajang apalagi yang sudah usia 30 tahun ke atas.
Rasanya itu seperti suatu pertanyaan yang tidak murni ditanyakan untuk mendapatkan jawaban kapannya, tapi lebih pada tekanan untuk segera bergerak menuju pernikahan.
Bukan hanya terdengar horror bagi para jomblo, tapi juga bagi yang sudah punya pacar tapi belum mendapatkan kepastian mau dibawa kemana hubungan itu.
Aku masih jomblo saat berumur +30 dan sedang berjuang untuk menemukan pasangan hidup.
Ini bukan masa yang mudah bagiku…pernikahan menjadi seperti suatu tuntutan untuk segera dipenuhi. Aku sendiri juga tidak begitu mengerti mengapa menikah seperti suatu keharusan. Tapi Mama dan keluarga lain begitu concern dengan hal ini, dan bahkan menjadi suatu beban tersendiri buat mereka. Membuatku cukup terbebani dan frustasi juga dan panik dengan kondisiku. Rasanya seperti berkejar-kejaran dengan waktu umurku. Aku takut dengan istilah terlambat atau tidak sama sekali…suatu ketakutan yang sebenarnya tidak begitu beralasan. Tapi…aku merasakannya juga. Dan untuk mencapai keinginan segera menikah, aku melakukan beberapa upaya penjajakan dengan beberapa kandidat. Bahkan pada tahun 2015 aku juga bergabung dengan salah satu situs pertemanan di internet.
Situs ini adalah wadah khusus bagi single Kristen untuk menemukan belahan jiwanya. Dari beberapa testimony yang kubaca di web tersebut, beberapa anggota sudah berhasil menuju jenjang pernikahan dari hubungan yang terjalin melalui situs ini. Aku diperkenalkan ke situs ini oleh teman kantor aku yang juga seorang anggotanya. Waktu itu dia mengatakan bahwa situs ini bagus untuk membuka peluang bertemu pria yang bisa jadi jodoh. Atau setidaknya, kalaupun tidak ketemu jodoh tapi bisa punya kesempatan untuk dapat kenalan. Dia bilang, join aja.. lumayanlah, daripada malam minggu di rumah aja. Kan kalo jalan sama cowok kita bisa jalan, nonton atau makan gratis. Hmm.. tampaknya menarik juga. Akhirnya saat itu aku join dengan motivasi yang kurang mulia itu walaupun sebenarnya aku juga serius mau menemukan pasangan hidup.
Pada awalnya aku merasa malu dan gengsi. Apalagi bila harus memulai percakapan terlebih dahulu. Tapi kata teman aku, itu bukan jadi masalah. Ikut situs sejenis ini bukan berarti kita wanita murahan, tapi kita sedang membuka peluang untuk diri kita sendiri menemukan jodoh. Dan tak ada yang salah dengan hal itu kan? Yang penting kita tidak melakukan hal-hal yang tidak senonoh.
Aku pun mulai berkenalan dan chatting dengan beberapa pria di situs itu. Aku kenalan dengan siapa saja tanpa banyak baca profil, yang penting lagi online, aku kirim senyum dan ajak chatting. Banyak yang merespon tapi banyak juga yang tidak merespon. Dari beberapa yang merespon aku mulai perkenalan lebih lanjut. Ketemuan dan mulai penjajakan. Aku bertemu dengan beberapa pria yang secara kriteria sebenarnya aku tidak begitu sreg dari sejak awal perkenalan. Misalnya, aku sebenarnya tidak suka pria yang merokok, tapi karena motivasi awalnya kurang benar, yakni mau mendapatkan keuntungan, aku pun tetap bersedia ketemuan dengan mereka.
Satu hal lagi, aku juga belum menemukan/mengetahui secara pasti sebenarnya pria seperti apa yang aku inginkan untuk jadi suami. Aku memang punya sosok pria ideal dalam impian, tapi aku merasa kurang yakin bahwa pria seperti itu benar2 exist. Hal itu membuat aku memberikan banyak kompromi dengan berhubungan dengan beberapa pria yang sebenarnya sangat jauh dari kriteria. Sehingga, hubungan-hubungan itu berakhir begitu saja dan aku melihat bahwa semua upaya yang aku lakukan hanya membuang-buang waktu percuma.
Aku juga merasa bersalah bila jalan dengan seorang pria yang tampaknya tulus tertarik dan tulus ingin menjalin hubungan tapi yang dari awal aku tak suka. Dan aku tapi tetap mau ketemuan hanya biar lumayan ada yang bayarin jalan2 atau makan2. Aku merasa itu seperti tindakan menipu dan tidak berperasaan. Dan seperti PHP (pemberi harapan palsu). Aku merasa integritas aku sebagai anak Tuhan dipertaruhkan setiap kali aku melakukannya. Selain itu juga, aku juga mengalami beberapa kegagalan dalam menjalin hubungan dengan pria yang aku kira seharusnya menjadi pasanganku bila mengikuti perasaanku. Walaupun secara logika aku merasa bahwa mereka bukanlah tipe pria yang aku bayangkan untuk jadi sosok suami yang pantas dan jadi ayah yang bisa menjadi panutan dan teladan untuk anak-anak kami kelak. Karena itu, aku memutuskan untuk mengakhiri keanggotaan di situs itu dan berhenti dengan segala upaya-upaya menjalin hubungan dengan pria-pria itu.
Pada tahun 2017, aku benar-benar focus pada pengembangan diri. Aku melakukan hobi baru, belajar hal baru dan merasa hidup begitu exciting dengan atau tanpa sosok pria. Aku bahkan berpikir bahwa mungkin memang aku tak tercipta di muka bumi ini untuk menikah. Toh, ga apa-apa juga bila itu memang panggilan Tuhan dalam hidupku. Aku pun semakin menikmati hidup dan semakin menghargai waktu dan diriku sendiri.
Pada tahun 2018, aku merasa adanya dorongan yang kuat untuk mulai mencari pasangan hidup dengan motivasi ingin membahagiakan mama. Saat itu aku tinggal berdua sama mama dan sudah sering kali kami berdebat mengenai pernikahan. Beliau tidak henti-henti mengingatkanku untuk menikah, sementara aku merasa, dia tidak mengerti kondisiku dan aku berpikir bahwa menikah bukan jaminan orang bahagia. Lagian kalau menikah hanya untuk status dan bukan dengan orang yang tepat, buat apa juga? Itu hanya akan menambah masalah.
Tapi saat itu, suatu suara dalam hatiku bicara bahwa aku harus berusaha membahagiakan mama. Aku sudah melakukan banyak hal selama ini, mulai dari bekerja keras dan mencoba berbagai bisnis untuk memberikan beliau fasilitas yang lebih baik dalam kehidupan dengan tujuan biar beliau bahagia. Tapi yang beliau rindukan adalah melihatku menikah karena menurutnya itu akan membuatku bahagia. Beliau hanya ingin melihatku bahagia…dan aku merasa kasihan dengan harapannya yang tak kunjung terpenuhi itu. Pada saat itu aku berusia 34 tahun. Usia yang dianggap sudah mengkuatirkan bila belum menikah bagi wanita.
Dalam proses itu, aku juga mendengar banyak kebenaran dan mulai lebih mengenal siapa diriku di hadapan Tuhan. Seorang wanita yang berharga dan pantas untuk dicintai dengan cara yang sepatutnya. Dan seorang sahabat juga merekomendasikan suatu buku yang bagus banget yakni “Temukan Pasangan Hidup Anda” tulisan Neil Clark Warren.
Aku menemukan banyak pencerahan dari membaca buku ini. Dan hal yang pertama aku lakukan, sesuai dengan saran dari si sahabat tersebut adalah menguraikan kriteria pasangan yang aku inginkan.Hal ini terdapat dalam bagian Prinsip 2: Bangun Gambaran Mengenai Pasangan Ideal Anda
Apakah yang menjadi kualitas terpenting yang harus aku cari di dalam diri calon pasangan hidup?
Meliputi:
- 👉 kepribadian,
- 👉 kecerdasan,
- 👉penampilan,
- 👉ambisi,
- 👉daya Tarik fisik,
- 👉kerohanian,
- 👉karakter,
- 👉kreativitas,
- 👉keinginan sendiri menjadi orangtua/kriteria pola asuh anak sebagai orang tua
- 👉keaslian /kemurnian.
Aku menuliskan kriteria pasangan idealku dari 10 poin tersebut sesuai dengan panduan di buku, dengan sangat detail dan mengurutkan bagian mana yang menjadi kualitas terpenting yang aku cari. Karena kita semua tau, tak ada manusia yang sempurna. Kalau kita mencari yang sempurna, maka kita akan mencari selamanya…oleh karena itu, dengan menentukan hal paling prinsip yang kita cari dari seorang pasangan, walaupun punya kekurangan dalam hal lain, tapi selama kita merasa itu tidak begitu prinsip, maka masih bisa dikompromikan.
Dengan gambaran yang mulai lebih jelas, aku pun mulai berpikir untuk melakukan usaha lagi. Kali ini pada bulan Agustus akhir pada tahun 2018, aku join lagi ke situs tersebut. Aku bayar biaya keanggotaan 2 bulan dan mulai mengedit profil dan pertanyaan-pertanyaan yang ada di sana yang tadinya aku isi asal-asalan. Aku sekarang lebih mengenal siapa diriku dan apa yang aku inginkan. Aku menuliskan semua hal-hal yang aku harapkan dari seorang pria dan dari sebuah hubungan. Aku juga berdoa kepada Tuhan untuk mempertemukanku dengan pria yang Dia sediakan untuk jadi suamiku. Dan aku mulai berkenalan dengan kandidat-kandidat yang ada. Kali ini aku lebih selektif dan hanya berurusan dengan orang yang kriterianya sesuai dengan yang aku cari. Aku tak ingin buang-buang waktu lagi. Dan setelah chatting di situs itu, aku ketemuan dengan beberapa kandidat. 3 kandidat pertama aku sudah bisa menilai bahwa mereka bukan sosok yang aku inginkan untuk jadi suami dan imam dalam keluarga dan aku tidak melanjutkan lebih jauh penjajakan dengan mereka.
Akhirnya, pada saat pertemuan dengan kandidat yang ke 4, aku merasa banyak hal yang nyambung diantara kami.
Pertama chatting di situs itu, kami ngobrol tentang denominasi gereja dimana kami masing-masing beribadah. Dari percakapan awal aku mendapat kesan bahwa pria ini punya wawasan yang luas dan punya pandangan yang terbuka akan berbagai perbedaan. Setelah beberapa saat chatting di situs, kami lanjutkan ke whatsapp. Dan kemudian pria itu mengajakku ketemuan. Dia mengatur semua hal tentang ketemuan itu, mulai dari ketemu dimana, jam berapa dan ngapain. Waktu itu dia ngajak aku nonton film komedi yang aku suka. Hal itu membuatku lebih tertarik lagi karena aku memang suka pria yang cerdas dan punya inisiatif dan baik dalam mengorganisasikan sesuatu.
Akhirnya kami bertemu pada waktu yang dijanjikan dan saat itu, rasa tertarikku semakin bertambah karena sosok pria itu ternyata tampak lebih ganteng dan gagah di banding di potonya. Dan satu nilai plusnya, dia tidak merorok. Kita membicarakan banyak hal dan dia menunjukkan perhatian yang besar akan kegiatanku sehari-hari. Setelah pertemuan itu, kami tetap komunikasi dan dia mengajak ketemuan lagi pada waktu berikutnya. Semakin mengenal, aku semakin melihat banyak karakter yang baik pada pria ini. Dia seorang yang berintegritas dan bisa dipercaya. Dia sopan, baik dan sabar banget. Dia juga bisa akrab dan menyayangi keluarga aku terutama mama dan ponakan-ponakanku yang juga dekat denganku. Dia membawa aku semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Dia mengarahkanku untuk mengikuti PA pribadi dan PA pasangan yang diadakan di gereja lokal dimana dia berjemaat. Saat aku melihat list kriteria yang pernah aku tulis mengenai pasangan idealku, dia benar-benar memenuhi semua itu. Dia adalah sosok yang ada dalam impianku selama ini.
Walaupun ada beberapa masalah selama masa berpacaran, namun secara garis besar hubungan kami berjalan mulus tanpa banyak hambatan. Oleh anugrah Tuhan, kami pun menikah pada awal tahun 2020 dan hidup bahagia selamanya 💖💖
No comments:
Post a Comment