Thursday, December 30, 2021

Kaleidoskop 2021

Awal Januari 2021, dua bulan setelah lahiran, aku masih berjuang memberikan ASI eksklusif pada bayiku.

Selama ini tak pernah tau bila urusan menyusui bisa sesulit itu. Selama hamil aku banyak cari info tentang persiapan kelahiran bayi, tentang cara perawatan bayi, bahkan tertarik banget baca tulisan  tentang parenting. Tapi tentang proses menyusui? Aku sama sekali tak terpikirkan untuk cari tau tentang itu. Dalam pikiranku itu adalah hal yang otomatis akan terjadi begitu bayi lahir. ASI akan mengalir sesuai kebutuhan bayi dan tak ada yang perlu dipermasalahkan. Yang aku pusingkan malah urusan memilih merk pompa ASI.

Ternyata masalah menyusui jadi pemicu stress pada awal aku lahiran. Aku berjuang keras untuk bisa memberikan ASI dengan mengupayakan segala asupan makanan dan suplemen yang baik untuk menambah kualitas dan kuantitas ASI. Bulan ini pun aku berjuang mengumpulkan stok ASIP untuk anak ku karena akhir Februari aku udah kembali ngantor setelah 3 bulan cuti lahiran. Bukan hal yang mudah. Setiap kali pumping hasilnya Cuma 30-50 ml, aku sendiri sebenarnya pesimis tapi aku berusaha menyemangati diri untuk terus berusaha. Aku juga stress karena Ibu mertua sering kali comment “udahlah, kasih sufor aja”. Mungkin niatnya baik biar aku tak terlalu stress tapi Menurutku kata2 itu terdengar seperti menyepelekan dan malah mematahkan semangat. Jadi aku berjuang untuk mengatasi rasa pesimis diriku sendiri, rasa pesimis suami dan ibu mertua yang tampaknya gak yakin banget aku bisa menghasilkan ASI.

Bersyukur usahaku tak sia-sia. Jumlah ASI semakin bertambah dan aku bisa memberi ASI eklusif untuk bayiku sampai dia usai 6 bulan. Saat ini bayi udah 13 bulan dan masih minum ASI belum butuh bantuan sufor. Semoga anakku sehat2 selalu…

Sejak Juni aku merasa mengalami peningkatan yang tinggi dalam hal skill memasak. Berkat Cooking Class dari LIKE dan berkat Covid 19.

Sebenarnya aku udah pengen belajar masak dari awal tahun, tapi aku merasa malas dan merasa kurang butuh juga. Suamiku pinter masak dan selama ini kami bagi tugas di rumah. Dia masak dan aku beberes rumah. Aku nyaman dengan pembagian tugas itu, dan segala hal yang menyangkut urusan masak diurus oleh suami. Sampai urusan belanja sayuran aja aku tak tau menau.

Sampai akhir Juni 2021, suamiku sakit Covid dan disarankan untuk karantina Mandiri di rumah. Itu adalah serangan Covid yang gelombang 2. Saat itu, banyak banget berita duka orang-orang meninggal gara2 Covid ini. Bunyi sirene ambulance setiap beberapa menit membuat suasana waktu itu makin menggentarkanku. Saat tau suamiku positif Covid, aku sangat gentar. Bukan saja karena dia sakit dan aku gentar karena setiap saat bisa berpulang, tapi juga gentar, karena aku bingung gimana merawatnya? Mau dimasakin apa? Gimana caranya?

Bahkan saat ada istri pendeta dari gereja nelpon nanyain keadaan kami, apa yang kami butuhkan, aku malah nanya resep masakan😁

Saat itu suami menjalani karantina Mandiri. Anak bayi kami titipkan sama ibu mertua. Karena suami masih kondisi lemah, aku merawat di rumah tapi di ruangan yang terpisah. Setiap hari aku bingung, mau masak apa? Cara belanja sayuran pun aku tak tau. Gimana jenis sayur yang bagus dll. Aku bingung.

Tapi gak mungkin gak masak. Aku harus memastikan asupan gizi untuk suami tercukupi. Aku pun mulai cari2 resep di internet. Aku mencoba masak beberapa resep, tapi menurutku rasanya nggak banget. Waktu itu suamiku yang lagi sakit juga agak menjengkelkan karena sering marah2. Saat makan makanan yang aku masak pun dia marah2. Tampaknya gak enak menurut dia. Emang gak enak sih…tapi kan…

Aku pun akhirnya memutuskan untuk belajar lebih serius. Aku setiap hari lihat di cookpad dan di youtube dulu. Mempelajari cara masak makanan yang aku mau masak dan bahan2nya apa aja.

Karena masa pandemi, aku belanja sayuran dan bahan makanan sekali seminggu. Saat itu aku juga banyak dapat info tentang food preparation, cara nyimpan sayuran dan bahan makanan lain di kulkas biar lebih awet. Aku juga mulai membuat daftar menu yang aku mau masak untuk seminggu. Dari sarapan, makan siang, makan malam sampai buah dan cemilan pun aku buat listnya.

Setelah suamiku sehat, sekitar 3 minggu kemudian, hal itu tetap berlanjut. Sampai saat ini aku yang jadi bagian masak di rumah. Ternyata memasak itu menyenangkan dan aku happy karena seperti ada rasa puas dan bangga, ternyata aku juga bisa 😃

Apalagi setelah ikut Cooking Class LIKE 2 sesi, ilmu baking ku makin bertambah. Aku mulai sering trial bikin berbagai jenis cake dan bawa ke keluarga atau teman2 di kantor. Pada bilang enak dan mereka menyarankanku untuk mulai jualan aja. Aku pikir itu ide bagus untuk mulai bisnis ini.

Tahun ini aku mengalami berbagai masalah keluarga, mulai dari hubungan dengan suami, hubungan dengan mertua dan dengan mamaku sendiri. Hal-hal yang mengajarkanku untuk lebih memperhatikan bagaimana aku bersikap dan memperlakukan orang lain.

Tadinya aku menyalahkan orang lain. Menyalahkan suami, mertua dan mama yang harusnya kan begini, harusnya kan begitu. Tapi aku melihat, aku juga ada andil dalam setiap masalah yang terjadi. Dan yang aku bisa kendalikan adalah diriku sendiri bukan orang lain. Menuntut orang lain untuk berubah tidak akan menyelesaikan masalah. Jadi aku memutuskan untuk introspeksi diri dan memperbaiki diriku dulu. Memperbaiki tindakanku, memperbaiki caraku berkomunikasi dan sikap2 lain yang mungkin membuat orang lain tak nyaman bersamaku. Aku juga mulai berusaha untuk melihat dan memahami suatu masalah dari sudut pandang mereka. Dengan perubahan mindset itu, aku mendapati hubunganku dengan suami, mertua dan mamaku menjadi lebih baik.



















 

No comments:

Post a Comment

Istri yang Suka Mengeluh dan Menjelek-jelekkan Suaminya

Suatu konflik dalam rumah tangga bisa berlangsung sementara atau mengakibatkan kerusakan permanen bila disikapi dengan cara yang salah. ...