Sunday, November 19, 2023

Teladan Keberanian, Kegigihan dan Pantang Menyerah dari seorang Prabowo Subianto

Dream it, believe it, achieve it (Sumber: Sarolyn Christine-unsplash)

Satu hal yang menurutku menarik dari Pilpres kali ini adalah Bapak Prabowo Subianto yang kembali mencalonkan diri sebagai capres walau pernah gagal pada beberapa Pilpres sebelumnya.

Pertama pada Pilpres tahun 2004 Prabowo mencalonkan diri sebagai bakal calon presiden dari Partai Golkar, namun kalah dari Wiranto.

Lalu pada Pilpres tahun 2009 Prabowo maju sebagai calon wakil presiden dari calon presiden Megawati, namun kalah suara dari SBY.

Kemudian pada Pilpres 2014 Prabowo maju sebagai calon presiden namun kalah suara dari Jokowi.

Selanjutnya pada Pilpres 2019 Prabowo maju lagi sebagai calon presiden, namun kembali dikalahkan oleh Jokowi.

Walau demikian, kekalahan demi kekalahan itu ternyata tidak membuatnya patah semangat untuk mencapai apa yang jadi visinya bagi bangsa Indonesia. Pada Pilpres 2024, beliau dengan berani maju lagi sebagai calon presiden.

Wow! Aku kagum pada keberanian dan kegigihannya.

Berapa banyak orang yang berani mengejar impiannya seperti itu?

Menurut yang aku pahami, setiap orang diciptakan di bumi ini untuk suatu tujuan. Tujuan itu diletakkan di dalam hati seseorang dalam bentuk visi, cita-cita, kerinduan hati atau panggilan jiwa atau sering disebut Impian.  

Impian itu seperti suatu nyala api yang berkobar dalam diri seseorang terhadap suatu hal yang ingin dia capai. Sebuah suara hati yang terus menerus berbicara untuk mengarahkan seseorang melakukan sesuatu menuju arah tujuan hidupnya.

Beberapa orang berani menindaklanjuti arahan itu dan bergerak mengejar impiannya. Namun, karena pernah gagal sekali, dua kali, lantas dia jadi mundur teratur dan berusaha melupakan dan mengubur dalam-dalam mimpi tersebut.

Alih-alih sibuk berusaha dan mencari jalan lain, dia malah sibuk mencari-cari alasan kenapa dia tak mungkin mencapai impian tersebut.

Beberapa orang lagi sadar dan mengakui bahwa dia punya impian yang ingin dicapai, namun tidak punya keberanian untuk mencoba melakukanya.

Berpikir bahwa impian itu terlalu besar dan dia tak mungkin sanggup mencapainya. Belum apa-apa dia sudah takut duluan.

Yang lebih parah, ada juga orang yang jangankan untuk berani mencoba, untuk mengakui bahwa dia punya impian itu aja dia tak berani. Dia pura-pura tidak tau, pura-pura tidak tertarik dan tak ingin mencapai impian yang sebenarnya begitu bergelora di hatinya. Berusaha menyangkal dan membunuh dorongan di dalam hatinya.

(Sumber: Brett Jordan-unsplash)

Aku pernah mengalaminya ketika aku baru lulus SMA dan ingin sekali kuliah. Saat itu kondisi ekonomiku sungguh tak memungkinkan untuk kuliah.

Aku merasakan nyala api di hatiku bergelora setiap kali mendengar kata dosen, kampus, mahasiswa dan istilah lain terkait dunia kuliah. Namun karena merasa itu mustahil, aku berusaha mengubur keinginan itu. Aku pura-pura tak tertarik, bahkan membicarakannya ke orang lain saja aku tak berani.

Saat itu aku bekerja di sebuah pabrik yang mayoritas karyawannya adalah lulusan SMA. Dari yang aku lihat, teman-temanku yang lain begitu menikmati  hidupnya. Mereka bekerja di pabrik, jalan-jalan, pacaran, menikah, dan tak ada yang pusing ingin kuliah sepertiku.

Aku pun berusaha menawar suara hati yang mendorongku untuk kuliah dengan berkata "Ngapain juga sih kamu dorong-dorong aku untuk kuliah? Aku udah cukup kok hidup begini saja. Teman-temanku yang lain juga enjoy aja kok. Udahlah bersyukur saja dengan apa yang ada. Lagian kamu lihat sendiri kan, keadaanku sungguh tak memungkinkan untuk kuliah."

Namun apapun alasanku, nyala api di dalam hatiku untuk kuliah tak berhasil terpadamkan.

Suatu hari aku baca buku The Magic of Thinking Big tulisan David J. Schwartz, Jr. Aku begitu terinpirasi dengan salah satu quote yang berkata:

"Jika anda percaya sesuatu itu tidak mungkin, pikiran anda akan bekerja untuk anda untuk membuktikan mengapa hal itu tidak mungkin, akan tetapi jika anda percaya, benar-benar percaya, sesuatu dapat dilakukan, pikiran anda akan bekerja bagi anda dan membantu anda mencari jalan untuk melaksanakannya."

Sejak saat itu,  aku meyakinkan diri bahwa aku pasti bisa kuliah dan mulai mencari cara.. Akhirnya pada tahun ke tiga setelah aku bekerja di pabrik itu, aku mendapatkan keberanian untuk melangkah dan mendaftar kuliah.

Setelah mendapat keberanian untuk melangkah, urusannya tidak serta merta jadi lancar jaya. Banyak tantangan di sepanjang jalan yang berusaha mematahkan semangat dan membuatku tergoda untuk berhenti dan mundur.

Dalam hal inilah kegigihan dan pantang menyerah berperan besar sehingga akhirnya aku berhasil menyelesaikan kuliahku.

Setelah satu langkah terselesaikan, dorongan suara dalam hatiku mengarahkan ku lagi untuk melakukan tahap selanjutnya. Suatu dorongan hati yang membuatku tidak happy sebelum aku melakukannya.

Saat seseorang berusaha mengubur dan memadamkan impiannya, dengan berbagai alasan, dengan berbagai kesibukan, mungkin untuk sementara waktu mereka akan lupa dengan impian tersebut.

Sampai pada akhir masa hidupnya, maka penyesalan demi penyesalan akan muncul. Dia akan melihat kembali perjalanan hidupnya dan merenungkan, apakah hidupnya sudah cukup berarti? Apa yang akan terjadi seandainya dulu dia melakukan apa yang jadi kerinduan hatinya?

Pandji Pragiwaksono pernah berkata, "Jangan membunuh mimpi kerena mimpi tak pernah mati. Dia hanya akan pingsan dan bangun lagi ketika kamu sudah tua dalam bentuk penyesalan."

Di hari tua, seseorang yang tidak melakukan apapun untuk mencapai impiannya akan berharap seandainya bisa mengulang waktu. Dia akan melakukan ini itu ono…

Tapi apa daya? Usia tua dan keterbatasan fisik tidak lagi memungkinkannya melakukan hal itu.

Misalnya kalau pada usia 20 an aku tidak kuliah, mungkin usia 40 an aku bisa aja mengejar dan memutuskan untuk kuliah. Tapi kapasitasku untuk belajar, waktuku yang udah terkuras untuk anak, dan kemampuan untuk menyerap pengetahuan mungkin sudah tidak seoptimal saat aku masih muda.

Walau di sekitar kita ada contoh orang-orang sukses di masa tuanya, misalnya Colonel Sanders yang berhasil dengan bisnis KFC pada usia 65 tahun, namun hal itu tidaklah dicapai dalam satu langkah saja.

Kesuksesan itu merupakan buah dari ketekunannya berusaha mengejar impiannya tahap demi tahap, bangkit dari kegagalan demi kegagalan. Kesuksesan yang dia tuai di hari tuanya adalah tuaian dari taburan usaha yang telah dia lakukan sejak masa mudanya.

Apa yang jadi impian kamu saat ini dan apa yang telah kamu lakukan untuk mencapainya? Apakah rasa takut menghentikan langkahmu?

Takut gagal, takut terlihat konyol, takut dinilai gagal, takut ditertawakan, takut pada apa nanti kata orang dan ketakutan lain sejenisnya?

Don't be afraid to fail. Be afraid not to try.

Apapun hasil yang kita peroleh setelah berusaha, mau itu gagal atau berhasil, pada saat akhir masa hidup kita, kita tidak lagi sibuk menyesali kenapa dulu tidak memanfaatkan kesempatan.

Lagian bagaimana  kita menilai sesuatu gagal atau berhasil? Kesuksesan adalah sebuah perjalanan. Yang penting kita menikmati perjalanan di track yang memang sesuai dengan panggilan jiwa.


Apakah kamu takut apa kata orang?

Lihat Prabowo Subianto, banyak pihak menertawakan dan mengejeknya karena sudah berkali-kali kalah tapi tetap maju sebagai calon presiden. Namun, suara-suara sumbang itu tentu tidak ada pengaruhnya bagi seseorang yang sedang fokus mengejar tujuannya.

Peduli amat orang mau berkata apa, yang paling penting dia tau bahwa suara hatinya yang mendorongnya untuk berusaha, memihak kepadanya. Suara hatinya  mendukungnya untuk tetap berjuang. Hati nuraninya menyetujui tindakannya. Bukankah itu adalah hal yang paling penting?

Lagian orang-orang yang sibuk menertawakan perjuangan orang lain, biasanya adalah orang-orang yang tidak puas dengan hidupnya. Karena mereka tidak melakukan apapun untuk mengejar impiannya. Bila seseorang fokus mencapai tujuan hidupnya, dia tidak akan punya waktu untuk bergibah tentang hidup orang lain.

Jadi pendapat dari orang seperti itu tak seharusnya menghentikan langkah kita.

Lagian,  sebagian orang mungkin menertawakan Prabowo Subianto, tapi banyak juga loh orang-orang yang kagum dan terinspirasi.

Kehidupannya dengan segala perjuangan itu menjadi suatu legacy. Memberikan teladan keberanian, kegigihan dan pantang menyerah.

(Sumber: Brett Jordan-unsplash)

 

 

Wednesday, October 18, 2023

Pengalaman dengan 6 Mitos Mendapatkan Jodoh

Ilustrasi Lempar Buket Bunga Pengantin (Sumber: Allef Vinicius-unsplash)

Ketika masih jadi anggota Ikatan Jomblo Semangat Kawin, aku begitu serius berjuang untuk segera dapat jodoh. Berbagai usaha baik yang rasional maupun yang masuk kategori mitos pernah aku lakukan.

Biasanya mitos ini diutarakan oleh orang-orang tua berdasarkan cerita dari jaman dahulu yang diyakini berdampak pada proses pencarian jodoh.

Sebenarnya aku tak begitu percaya karena mitos-mitos itu tampaknya tak masuk akal. Namun, karena niat untuk bertemu jodoh yang kuat, aku melakukan juga beberapa di antaranya.

Berikut ini aku mau cerita tentang pengalamanku dengan 7 mitos mendapatkan jodoh yang aku pernah lakukan dan hasilnya.

1.Mendapatkan bunga yang dilempar pengantin, tanda akan segera menikah

Setiap ke kondangan, acara yang paling aku tunggu selain acara makan adalah acara lempar buket bunga oleh pengantin.

Mitos tentang buket bunga ini mengatakan bahwa pria atau wanita lajang yang mendapatkannya dipercaya akan menjadi orang berikutnya yang menyusul ke pelaminan atau segera dapat jodoh.

Biasanya dalam resepsi pernikahan, ada acara khusus dimana para single akan diminta berkumpul dekat pelaminan. Lalu pengantin melemparkan buket bunga ke arah mereka dengan cara membelakangi.

Momen ini cukup seru dan biasanya para lajang akan bersiap dan memasang kuda-kuda untuk berlomba menangkap bunga yang dilempar pengantin tersebut.

Aku juga beberapa kali ikut berusaha, namun aku tak pernah berhasil mendapatkannya. Mungkin aku kurang gercep ya.

2.Mengambil bunga Melati di kepala pengantin tanpa ketahuan

Mitos lain adalah bila kita bisa mengambil bunga melati di hiasan kepala pengantin tanpa ketahuan, kita bisa cepat menyusul menikah juga. 

Sumber gambar: Pinterest

Aku mengetahui mitos itu ketika itu menghadiri pesta pernikahan seorang teman yang didandani dengan riasan rambut dengan bunga melati.

Saat itu aku dan teman-temanku sesama single mulai menyusun strategi bagaimana cara mengambil sebutir bunga melati itu dari hiasan rambut pengantin tanpa diketahui.

Kami mulai menjalankan aksi saat naik ke pelaminan untuk salaman dengan pengantin. Sesuai rencana, sembari menyalami dan cipika cipiki ke pangantin, kami akan mengambil barang satu butir dari hiasan rambut itu. Agar tak ketahuan, beberapa teman lain berusaha mengajak ngobrol pengantin biar perhatiannya teralih.

Tapi rencana kami gagal. Ternyata tak mudah untuk mengambil dan memutuskan satu butir bunga itu dari seluruh rangkaian hiasan rambut. Temanku berusaha menarik tapi tak berhasil. Aku pun takut untuk mencobanya. Membayangkan gimana jadinya kalau rangkaian hiasan rambut itu jadi berhamburan semua bila ada satu yang dipetik paksa.

Sepertinya sang pengantin menyadari aksi kami saat acara salaman itu. Di akhir acara resepsi, dia memberikan kami bunga melati itu satu-satu. Mungkin dia merasa trenyuh melihat teman-temannya yang masih jomblo, memprihatinkan dan gagal dalam misi mencuri bunga melati. hehe..

Aku tak tak tau apakah itu masih berkhasiat. Kan harusnya tanpa diketahui pengantin ya.

3.Mengambil jenggot Barongsai saat beratraksi, tanpa ketahuan

Suatu hari aku dan keluarga ke Kota Wisata Cibubur untuk menyaksikan pertunjukan Barongsai di hari Imlek. Tanteku berkata tentang mitos bahwa bila kita bisa mengambil selembar atau beberapa lembar jenggot barongsai saat dia beraksi, niscaya akan enteng jodoh. 

(Sumber Mick Haupt-unsplash)

Saat tari barongsai mulai, Tanteku mewanti-wanti untuk aku beraksi bila nanti barongsai mendekat ke arah kami. Barongsai itu menari bergerak kesana kemari sekalian mengumpulkan saweran dari pengunjung.

Aku bingung bagaimana cara mengambilnya, barongsainya bergerak cepat.Saat barongsai mendekat ke arah kami, gerakannya melambat dan sebenarnya sangat memungkinkan untuk mengambil jenggot barongsainya, tapi aku malu dan takut ketahuan barongsai nya.

Tanteku agaknya menjadi gregetan karena aku tak kunjung bertindak. Akhirnya tanteku yang agresif itu mengambilkan jenggot barongsai itu dan memberikannya padaku agar aku enteng jodoh.

Aku tak tau apakah cara ini masih ampuh kalau diambilin oleh orang lain. Hehe.

4.Mandi di air terjun Pengantin

Saat jalan-jalan ke daerah Gunung Kidul Jogja, ada suatu tempat wisata bernama Air Terjun Pengantin. Berdasarkan info dari orang-orang di sekitar itu, katanya bila mandi di bawah guyuran air terjun itu, akan membuat kita jadi mudah dapat jodoh.

Percaya nggak percaya aku dan satu orang temanku, yang juga masih single, menyempatkan juga ke sana juga untuk mandi.

Saat itu kami mandi tepat di tengah air terjun, sambil berdoa berdoa agar segera dapat jodoh.

5.Dilangkahi adik menikah duluan membuat susah jodoh

Aku sempat galau saat adikku akan menikah di saat aku masih jomblo. Orangtuaku mendesakku untuk segera menikah karena adikku mau menikah. Jangan sampai dilangkahin katanya karena nanti bisa bikin jadi susah dapat jodoh.

Tapi, aku mau nikah sama siapa? Emang semudah itu? Emang tujuan menikah hanya biar nggak dilangkahin?

6.Ziarah ke makam leluhur agar enteng jodoh

Selama aku single, sering kali aku dapat nasehat khususnya dari orang tua di keluarga besar untuk aku melakukan jiarah biar cepat dapat jodoh.

Terus terang aku nggak mengerti kenapa untuk dapat jodoh harus jiarah. Apa hubungannya? Apakah kalau aku jiarah, akan ketemu pria yang mungkin sedang jiarah juga dan kami saling jatuh cinta pada pandangan pertama dan akhirnya menikah dan hidup bahagia selamanya? Atau, jangan-jangan, jodohnya adalah penjaga kuburan yang aku temui saat jiarah? 

(Sumber: Sandra Seitamaa-unsplash)

Tapi aku tetap melakukan juga saran itu. Ketika itu kami jiarah ke makam orangtua dari mamak di salah satu kota di Sumatera Utara.

Setelah selesai jiarah, masih di kota itu, mamak bertemu dengan teman lamanya yang katanya mau ngenalin aku ke ponakannya, seorang high quality single. Aku langsung berpikir, apakah ini adalah khasiat dari jiarah tadi?

Mendengar kualifikasi pria single ini, yang katanya baik dan mapan dan atribut baik lainnya, aku berharap bahwa pria itu akan jadi jodohku.

Tapi ternyata, setelah teman mama mengenalkanku padanya dan memberikan nomor hapeku untuk dihubungi, pria itu tampak tak tertarik. Dia sama sekali tak menghubungiku.

Saat itu aku sempat heran juga. Bah! Cem mana ini? Kan aku udah jiarah…

 

Begitulah kisahku sehubungan dengan mitos mendapatkan jodoh. Kalau diingat-ingat, semua usaha ini rasanya lucu dan konyol juga sih. Berdoa pada Tuhan, tapi kenapa aku masih percaya pada mitos ya?