Saturday, April 1, 2023

Tak Ada yang Abadi, Semua Akan Jadi Kenangan

People and things will come and go. Everything in this life is transient. This is why spirit must always be our first priority. For it is our only true constant. - Anthon St. Maarten



Setiap kali aku berkunjung ke museum, kesadaran ini selalu hadir dalam hatiku. Bahwa tak ada hal yang abadi dalam hidup ini.

Dalam sebuah museum biasanya terdapat benda-benda sejarah dengan keterangan  yang menyertainya. 

Hal-hal yang sekarang kita anggap berharga, suatu saat nanti bisa menjadi sesuatu yang tidak berarti bagi orang lain. 

Sesuatu yang saat ini kita anggap hebat dan membanggakan, suatu waktu yang akan datang malah dianggap aneh oleh generasi kita yang kesekian.

Satu contoh, saat aku berkunjung ke Museum Karo di Brastagi, Sumatera Utara. Di museum itu ada keterangan tentang profesi yang disebut Sigantang Sira, artinya penjual garam. 

Pada masa itu Sigantang Sira adalah profesi yang dianggap hebat karena untuk mendapatkan garam dari laut bukan hal yang mudah bagi penduduk Brastagi yang tinggal di daerah pegunungan. Anak-anak pada masa itu bila ditanya cita-citanya apa, mungkin mereka akan jawab jadi Sigantang Sira.

Jadi profesi ini selain sangat penting juga lumayan berisiko karena rentan dirampok saking berharganya produk yang mereka jual, yakni garam. 

Saat ini, garam memang masih penting. Tapi kita bisa dengan mudah membelinya di warung-warung. Orangtua sekarang mungkin akan heran bila anaknya berkata kelak ingin jadi penjual garam. 

Contoh lain, saat aku berkunjung ke museum Tjong A Fie, salah satu tokoh terkemuka di Medan, Sumatera Utara. Tjong A Fie adalah pengusaha kaya raya yang terkenal dengan kedermawanannya. 

Rumah Tjong A Fie yang sudah berumur sekitar 100 tahun ini masih tampak megah dan di dalamnya tersimpan cerita sejarah kehidupan Tjong A Fie pada masanya serta silsilah keluarga dan kisah hidup anak-anaknya yang juga sarat akan prestasi. 

Saat kami memasuki salah satu kamar anaknya, beberapa piala penghargaan akan prestasinya dipajang di tempat itu. Pada masanya pasti itu sangat berharga dan membanggakan bagi penerimanya. Tapi saat ini, piala itu hanya sebagai pajangan yang dipamerkan untuk mengenang orang itu. Apa yang hebat dari pencapaian itu?

Selain itu, aku juga melihat hiasan keramik-keramik cantik yang di pajang di dalam lemari kaca. Ini juga pasti pada masanya adalah suatu perabotan yang mahal dan memilikinya mungkin jadi hal yang menyenangkan hati pemiliknya. Tapi saat aku melihatnya,  aku tak tau apa yang begitu berharga dari barang itu.

Tentu saja Tjong A Fie bukan satu-satunya orang kaya dan terpandang ada masanya. Tapi siapakah yang ingat lagi pada mereka?

Bagaimana dengan piala penghargaan mereka? Bagaimana dengan koleksi perhiasan atau keramik cantik yang pernah mereka simpan? Mungkin semua itu telah hilang. 

Mungkin anak-anaknya telah merantau ke daerah lain dan menjual rumahnya dan semua hal yang pernah mereka anggap begitu berharga akhirnya hilang begitu saja ditelan waktu.

Saat ini setiap kali aku ingin memiliki suatu hal materi, kadang berbagai keinginan itu membuatku tertekan. Aku merasa sedih karena keadaan ekonomi yang belum memungkinkanku untuk memiliki segala hal yang kuinginkan. Tapi lagi-lagi..kesadaran bahwa tidak ada yang abadi membuatku sadar. Kenapa aku harus stress hanya untuk hal-hal materi?

Sebagian orang tua mungkin berjuang keras untuk membeli rumah atau harta Gono gini lain yang ingin mereka wariskan pada anak-anaknya. Tapi apakah hal itu adalah hal yang paling penting?

Bagaimana kalau anak itu lebih memilih merantau dan tinggal di kota atau negara lain? Rumah yang sudah sangat susah payah dibeli orangtuanya akhirnya tak ada yang menghuni dan perabotan mahal yang dibeli dengan harga mahal akhirnya rusak dan berdebu dan tak ada yang tau betapa berharganya itu bagi pemiliknya pada masanya.

Seperti yang aku lihat dari hidup Tjong A Fie, dia memberikan teladan pada anak-anaknya untuk memberi pada orang yang membutuhkan. Bermurah hati. Dan aku yakin anak-anaknya juga belajar teladan dari teladan itu sehingga hidup mereka juga terberkati.

Tentu saja setiap orang harus bekerja keras, memaksimalkan potensi untuk menjadi versi terbaik dirinya. Namun semua itu bukan untuk mengejar berbagai hal terkait materi. Tapi juga  untuk berbagi dan menjadi bermanfaat bagi orang lain. Untuk memberi teladan bagi generasi yang akan datang. Suatu warisan yang bernilai kekal.


1 comment:

Allow God to Bless You – Menerima Berkat Tuhan dengan Sukacita

Accept gratefully “ When we give cheerfully and accept gratefully, everyone is blessed .” – Maya Angelou Aku punya tetangga, seorang wanit...